Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mazhab ekonomi Islam: istishaduna, maenstream dan alternatif kritis

 

ilmuan muslim
Canva

PADA dimensi epistemologis, ada tiga mazhab pemikiran ekonomi Islam dewasa ini; yaitu mazhab Baqir Sadr (Iqtishaduna), mazhab Mainstream, dan mazhab Alternatif-Kritis. Ketiga mazhab ini memiliki karakteristik yang berbeda disebabkan cara pandang setiap tokoh penting di dalamnya. Sebagai sebuah cara pandang, beberapa mazhab dalam ekonomi Islam memiliki kontradiksi satu dengan yang lainnya, namun tetap konsisten dalam memberikan informasi baru serta berkontribusi besar bagi kemajuan ekonomi Islam. Nah, untuk lebih jelas terkait ketiga mazhab ekonomi Islam tersebut, silahkan simak penjelasannya berikut!

Mazhab istishaduna

Cendekiawan yang menjadi pioner mazhab ini adalah Baqir as-Sadr dan Ali Shariati serta para cendekiawan dari Iran dan Iraq. Mazhab ini juga terkadang disebut dengan mazhab Baqr as-Sadr karena pioner utamanya adalah Muhammad Baqr as-Sadr, salah-satu ulama dari kalangan syiah yang sangat ahli dalam menjelaskan teori-teori ekonomi konvensioanl. Beliau juga sangat tegas menentang komunisme dan aktif menulis banyak karya terkenal, salah-satunya adalah buku Falsafatuna.

Menurut mazhab istishaduna, ekonomi dan ajaran Islam merupakan sesutu yang tidak dapat disatukan. Ekonomi tetap ekonomi, dan Islam tetap Islam. Keduanya sejak awal memiliki konsep filosofi yang sangat kontradiktif. Sebagai contoh, terkait konsepsi keadilan, kapitalisme menganggap keadilan sebagai, “Kau mendapatkan apa yang telah kau usahakan,”. Di sisi lain, sosialisme mengajarkan bahwa keadilan artinya, “Semua mendapatkan sama rata, tidak ada yang mendapat lebih dari yang lain,”. Adapun dalam konsepsi Islam, keadilan dipandang sebagai, “Tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi,”. Tentu saja, ke semua konsepsi ini memiliki arti dan filosofi yang berbeda. (ruang lingkup ekonomi Islam lihat di sini)

Tak sampai di situ, mazhab istishaduna juga menganggap bahwa teori ekonomi yang menyatakan bahwa penyebab utama masalah ekonomi adalah, “Sumber daya alam yang terbatas dihadapkan pada kebutuhan manusia yang tidak terbatas,” merupakan pemikiran yang keliru. Hal ini karena dalam pandangan Islam telah dijelaskan bahwa Allah Swt telah menciptakan mahluk termasuk manusia beserta dengan sumber daya yang cukup bagi mereka. Sebagaimana firman Allah Swt dalam potongan surah al-Furqan ayat 2 yang artinya, “.....Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”. Adapun terkait penyataan, “Kebutuhan manusia tidak terbatas,” juga dianggap sebagai pernyataan yang keliru. Sebab, dalam kebutuhan tertentu misalnya makan dan minum manakala perut sudah merasa kenyang maka dia sudah merasa puas karena kebutuhannya telah terpenuhi.

Sebagai langkah majunya, mazhab istihaduna juga menolak adanya istilah ekonomi Islam. Mereka menganggap istilah ini keliru, dengan kata lain kontradiktif karena sejak awal antara ekonomi dan Islam tidak dapat disatukan. Sebagai langkah solusi, mazhab istishaduna menawarkan istilah lain yang bersumber dari filosofi Islam yaitu, “Iqtishad”. Artinya, sesuatu yang berkeadaan sama, seimbang, atau pertengahan (equilibrium).

Mazhab maenstream

Mazhab maenstream merupakan mazhab ekonomi Islam yang kebanyakan tokoh pemikirnya berasal dari Islamic Development Bank (IDB). Tokoh-tokoh ini sebagian sangat populer di kalangan cendekiawan muslim. Sebut saja M. Umer Chapra, M. A. Mannan, Nejatullah Siddiqi, Khurshid Ahmad, dan juga Monzer Kahf merupakan tokoh dari mazhab ini. Nama-nama tersebut selalu mengisi ruang-ruang perkuliahan atau diskursus tentang ekonomi Islam.

Menurut pandangan mazhab maenstream, antara ekonomi dan Islam merupakan sesuatu yang dapat sejalan. Mazhab ini meyakini bahwa memang dalam beberapa ruang, ekonomi sangat kontradiktif dengan ilmu ekonomi. Namun, dalam banyak hal keduanya memiliki persamaan. Misalnya, terkait pernyataan bahwa, “Masalah utama ekonomi adalah kelangkaan,” merupakan hal yang juga telah disebutkan dalam Islam. Allah Swt berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 155 yang artinya, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. Adapun pernyataan bahwa, “Kebutuhan manusia tidak terbatas,” dianggap oleh mazhab maenstream sebagai sesuatu yang alamiah. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surah al-Takatsur ayat 1-5 yang artinya, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).” Atas beberapa alasan ini, mazhab maenstream dapat dikatakan sangat bertolak belakang dengan mazhab istishaduna. (rancang bangun ekonomi Islam lihat di sini)

Sebagai sebuah cara pandang yang hampir atau bahkan sama saja dengan ekonomi konvensional, mazhab maenstream meruapakan mazhab yang paling banyak berkembang hingga saat ini. Beberapa hal yang mempengaruhi meluasnya mahzab ini yaitu:

Secara umum pemikiran mereka lebih moderat.

  1. Ide-ide mereka banyak ditampilkan dengan cara-cara ekonomi konvensional sehingga lebih mudah diterima masyarakat.
  2. Selain itu kebanyakan tokoh merupakan staf, peneliti, penasehat, atau setidaknya memiliki jaringan erat dengan lembaga-lembaga regional dan internasional yang telah mapan sehingga dapat mensosialisasikan gagasan ekonomi dengan baik.

Mazhab alternatif kritis

Mazhab alternatif kritis merupakan tanggapan atas dua mazhab sebelumnya. Beberapa tokoh terkenal yang memotori mazhab ini adalah Prof. Timur Kuran (Kajur. Ekonomi University of Southern California), Prof. Jomo, dan Prof. Muhammad Arief. Mazhab alternatif kritis berpendapat bahwa kesalahan utama mazhab istishaduna adalah dengan berusaha menemukan sesuatu yang telah ditemukan sebelumnya, yaitu ekonomi itu sendiri. Sementara mazhab Mainstream dikritiknya sebagai jiplakan (Iqtibas) dari ekonomi neo-klasik dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat serta niat. Artinya, baik mazhab istishaduna dan maenstream masih belum bisa dikatakan pemikiran asli.

Pokok pemikiran mazhab alternatif kritis terletak pada objek kajiannya. Mereka mengutamakan untuk mengkaji kebenaran ekonomi Islam alih-alih membandingkannya dengan sistem ekonomi konvensional. Mereka yakin bahwa Islam pasti benar, tetapi ekonomi Islami belum tentu benar, karena ekonomi Islami adalah hasil tafsiran manusia terhadap al-Quran dan al-Sunnah, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Atas dasar inilah, mazhab alternatif kritis berusaha mengkaji kembali kebenaran ekonomi Islam.

 

Posting Komentar untuk "Mazhab ekonomi Islam: istishaduna, maenstream dan alternatif kritis"