Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Serba-serbi Menjelang Ramadan, dari Iklan Sirop, Petasan, Hingga Inflasi Kebutuhan Pokok!

 

ramadhan
Canva

Ramadan merupakan bulan penuh berkah bagi umat Islam. Bulan ke-9 dalam sistem penanggalan Hijriah ini merupakan bulan di mana kitab suci al-Quran diturunkan. Malam lailatul qadr menjadi malam turunnya al-Quran ke bumi sekaligus malam yang sangat dicari-cari oleh para umat muslim. Pada malam itu ibadah menjadi lebih baik dari 1000 bulan dan pahala akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Selain itu, umat Islam percaya bahwa bulan Ramadan penuh dengan berbagai keutamaan dan keberkahan dibanding bulan-bulan lainnya. Salah-satunya yaitu ditutupnya pintu neraka dan diikatnya setan agar tidak mengganggu manusia, karena itu amat penting untuk memperbanyak ibadah selama bulan Ramadan. Ibadah ini termasuk berpuasa dan salat malam (Tarawih) selama sebulan penuh di bulan suci Ramadan.

Menjelang masuknya bulan suci Ramadan, banyak kejadian yang berbeda dari biasanya. Salah-satu yang paling menarik adalah munculnya berbagai iklan sirop di media televisi. “Sudah ada iklan marjan, berarti Ramadan sudah dekat!” begitulah sering yang dikatakan orang-orang. Iklan sirop memang sangat jarang tampil di televisi di hari-hari biasa, namun menjelang atau dalam bulan Ramadan iklan sirop menjadi lebih sering terlihat di layar kaca. Alasannya cukup sederhana, karena sirop menjadi salah-satu menu berbuka puasa yang banyak diminati. Dicampur es buah, kue, kolak atau bahkan diminum hanya dengan campuran air tawar membuat sirop menjadi sangat praktis. Tak heran jika sirop menjadi salah-satu minuman paling populer selama bulan Ramadan bahkan ketika lebaran. Istilahnya, tidak ada bulan Ramadan tanpa sirop yang manis.

Tak kalah dengan sirop, menjelang Ramadan juga diwarnai dengan maraknya penjual petasan dan kembang api. Maklum, menyalakan meriam, kembang api ataupun petasan menjelang bulan Ramadan sudah menjadi budaya di Indonesia. Dikutip dari Antaranews bahwa salah-satu penjual petasan musiman di Gorontallo bernama Sartono dapat meraup keuntungan Rp.200.000,00/hari dengan omset penjualan mencapai Rp. 6.000.000,00/bulan menjelang dan dalam bulan Ramadan. Penuturan ini sejalan dengan pengakuan Ibu Edi, penjual petasan asal Bojonegoro, Jawa Timur yang juga merasakan ramainya pembeli petasan menjelang Ramadan ketimbang di waktu atau hari-hari biasa. Bahkan, dalam upaya mencegah maraknya petasan di bulan Ramadan, polisi seringkali mengadakan kunjungan ke warga-warga. Contohnya, dikutip dari website resmi Humas Polri bahwa Bhabinkamtibmas Kabupaten Pangkep mengadakan kunjungan ke warung-warung di Kampung Kantisang, Desa Bulu Tellue, Kec.Tondong Tallasa untuk mecegah maraknya penjualan petasan menjelang bulan Ramadan.

Selain petasan, awal Ramadan juga diiringi dengan kenaikan harga kebutuhan pokok. Fenomena ini diakibatkan oleh naiknya permintaan masyarakat terhadap berbagai kebutuhan pokok yang tidak dibarengi dengan persediaan yang cukup. Akibatnya, terjadi kelangkaan pada beberapa jenis kebutuhan yang membuat harganya merangkak naik dari biasanya. Beberapa kebutuhan pokok yang seringkali mengalami kenaikan harga sebelum Ramadan yaitu bumbu masak seperti cabai dan bawang, lauk seperti daging, telur dan ikan, hingga buah semisal semangka dan melon. Sebagai contoh, menjelang Ramadan tahun lalu (2022) harga cabai menurut Kabid Distribusi dan Perdagangan Pengawasan Kemetrologian Disdagin Kota Bandung, Meiwan Kartiwa menuturkan bahwa kenaikan harga cabai rata-rata sekitar Rp. 4.000,00/Kg dan bawang mencapai Rp.10.000,00/Kg di Kota Bandung. Angka ini dinilai cukup tinggi sehingga pihak Pemerintah Kota Bandung memutuskan untuk melakukan operasi pasar demi menormalisasi harga.

Jika dipelajari lebih lanjut, kenaikan harga barang pokok menjelang Ramadan dalam ilmu ekonomi termasuk ke dalam inflasi alami atau natural inflation. Inflasi jenis ini disebut tergolong normal mengingat penyebabnya secara alami oleh pasar. Artinya, permintaan kebutuhan pokok masyarakat yang tinggi tidak terpenuhi oleh ketersedian barang pokok yang tetap. Fenomena ini menyebabkan kelangkaan kebutuhan pokok yang pada akhirnya membuat harga-harga kebutuhan pokok menjadi naik. Membenarkan hal tersebut, dalam laman resminya Wakil Presiden RI bapak K.H. Ma’ruf Amin menyebut bahwa inflasi menjelang bulan Ramadan adalah sesuatu yang normal dan pemerintah sudah bersiap akan hal tersebut. Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Eddy Junarsin yang menyebut inflasi menjelang Ramadan itu sesuatu yang wajar karena disebabkan oleh permintaan yang cukup tinggi. "Logika ekonomi sederhana kan permintaan dan penawaran, masa-masa menjelang puasa dan hari raya pasti kebutuhan pokok lebih tinggi, tapi penawaran atau supply barang kan tidak bertambah banyak," kata Eddy.

Perlu dipahami bahwa penyebab inflasi alami seperti menjelang bulan Ramadan kadang pula disebabkan oleh faktor lain seperti cuaca, kenaikan BBM dan kenaikan bahan baku impor. Sebagai contohnya, cabai dan bawang seringkali mengalami kenaikan akibat gagal panen yang disebabkan cuaca ekstrim. Bahkan, kebutuhan lain seperti ikan juga sangat tergantung pada nelayan yang batal melaut akibat cuaca buruk. Fenomena inflasi alami kebutuhan pokok lainnya juga disebabkan oleh BBM yang naik sehingga membuat barang pokok yang didatangkan dari daerah lain menjadi lebih mahal karena ongkos pengiriman yang juga merangkak naik. Oleh karena itu, sangat penting peran Pemerintah dalam menjaga harga BBM agar tetap stabil menjelang Ramadan. Adapun terkait dengan bahan baku, tempe dan tahu menjadi salah-satu komuditas lauk yang sering mengalami kenaikan harga akibat bahan bakunya yaitu kedelai yang naik di pasar dunia. Fenomena ini pernah terjadi menjelang bulan Ramadan 2022, harga keledai impor naik menjadi sekitar Rp. 14.000,00/Kg dari harga sebelumnya sekitar Rp. 11.000,00/Kg sebagai akibat produksi dan pasokan kedelai dunia yang berkurang.

Meskipun hanya bersifat sementara, masyarakat diharapkan tetap mempersiapkan diri terhadap inflasi menjelang bulan Ramadan. Persiapan ini misalnya dengan mengatur pengeluaran sebaik mungkin seperti mendahulukan kebutuhan yang lebih penting dalam kegiatan konsumsi. Selain itu, pemerintah juga mesti melakukan pengawasan terhadap kestabilan harga BBM dan oknum pedagang nakal yang sering memanfaatkan momentum menjelang Ramadan untuk menimbun barang demi menaikkan harga kebutuhan pokok. Semoga, melalui sinergi antara masyarakat dan pemerintah, inflasi kebutuhan pokok menjelang Ramadan dapat dikendalikan di angka yang minim sehingga masyarakat dapat lebih tenang dalam ibadah. Mereka tidak perlu pusing memikirkan harga minyak goreng, beras, daging hingga telur yang kerap kali mengalami pelonjakan harga yang tinggi menjelang bulan Ramadan. Alangkah lebih baik jika bulan Ramadan mereka isi dengan lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa ketimbang mendekatkan diri kepada pedagang agar diberi kebutuhan pokok dengan harga diskon.   


Posting Komentar untuk "Serba-serbi Menjelang Ramadan, dari Iklan Sirop, Petasan, Hingga Inflasi Kebutuhan Pokok!"