Pengelolaan sumber daya insani yang profesional melalui peningkatan tauhid
![]() |
Canva |
Tauhid Sebagai Pondasi Sumber Daya Insani
Para ulama merumuskan bahwa dasar-dasar filosofi pembangunan ekonomi Islam, yaitu tauhid, khalifah, keadilan, dan tazkiyah (Ardiani, 2019). Artinya, dalam pembangunan sumber daya insani dibutuhkan empat pilar tersebut. Adapun tauhid yang menjadi pilar utama berkaitan dengan keyakinan bahwa segala hal (baik hidup atau tidak) diciptakan oleh Allah swt dan karenanya manusia harus selalu bersyukur dan menjalankan perintah Allah swt. Artinya, manusia harus mampu berbuat baik dan menghindari berbuat kerusakan terhadap segala ciptaan Allah swt. Hal ini akan membantu menanamkan sikap menghindari perbuatan buruk dan melakukan perbuatan baik dalam diri seorang sumber daya insani.
Tauhid sejak dulu ditanamkan oleh baginda Rasulullah saw karena merupakan fondasi pembangunan manusia yang pada akhirnya akan memajukan kehidupan. Sebagai contohnya, memerdekakan manusia dari perbudakan, sehingga dapat mengembangkan sumber daya manusia yang inovatif, bermutu dan kreatif. Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh, mempunyai komitmen yang kuat hanya untuk Allah swt semata. Tauhid juga menjadi dasar landasan pedoman hidup dalam melangkah menuju pada yang lebih baik (Candrakusuma, 2020). Melalui tauhid, manusia akan senantiasa menjaga karunia Allah swt dan menghindari berbuat kerusakan sehingga tercipta sumber daya manusia yang berbudi. (baca juga cara membangun multibisnis syariah yang kreatif di sini)
Implementasi Tauhid Bagi Sumber Daya Insani
Implementasi tauhid dalam kehidupan terwujud dalam tindakan seorang manusia. Baik berupa ibadah ataupun kegiatan sosial ekonomi. Menurut Syafie Antonio terdapat dua bagian utama yang dapat diteladani dari Rasulullah saw terkait pengembangan diri dalam kegiatan bisnis. Bisa dikatakan bahwa dua bagian ini merupakan implementasi tauhid itu sendiri dalam bidang ekonomi atau bisnis, atau lebih jauh implementasi tauhid dalam pembangunan sumber daya insani. Dua bagian ini adalah kepercayaan (trust) yang terdiri atas shidiq dan amanah, adapun yang kedua adalah kompetensi (competence) yang terdiri atas tabligh dan fathonah.
Bagian pertama yaitu kepercayaan (trust) yang terdiri atas shidiq dan amanah, berbicara terkait kejujuran dan tanggung jawab. Shidiq artinya dapat dipercaya, sifat ini sangat identik dengan Rasulullah saw karena beliau bergelar as-shidiq atau orang yang dapat dipercaya (Sakinah et al., 2022). Gelar ini diberikan oleh orang-orang dikarenakan Rasulullah saw terkenal sangat jujur dalam kegiatan berdagang. Beliau akan dengan senng hati menjelaskan tentang kekurangan barang jualannya, sesuatu yang sulit ditemukan di masa sekarang. Selain itu, beliau dikenal sangat amanah atau penuh dengan tanggung jawab. Tanggung jawab di sini artinya, mau dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang memang secara otomatis terbeban di pundaknya (Trisnawati et al., 2021).
Adapun bagian kedua, yaitu kompetensi (competence) terdiri atas tabligh dan fathonah. Sikap tabligh berkaitan dengan menyampaikan dengan baik. Artinya, tidak melebih-lebihkan atau mengurangi informasi sehingga membuat konsumen dirugikan. Sikap ini juga penting bagi sumber daya insani agar selalu berkata sesuai kapasitas yang diketahuinya. Adapun fathonah artinya cerdas atau profesional (Ruslang et al., 2020). Sikap ini harus dimiliki seorang sumber daya insani agar mampu memecahkan berbagai masalah atau tantangan yang di hadapinya dengan baik. Sikap ini akan membantu seorang sumber daya insani membuat berbagai solusi dari suatu masalah dan memutuskan solusi yang paling tepat terhadap masalah tersebut.
Perencanaan Sumber Daya Insani
Perencanaan sumber daya insani adalah proses yang dilakukan para manajer untuk menjamin bahwa mereka memiliki jumlah dan jenis orang yang tepat, yang mampu menyelesaikan sejumlah tugas yang dibebankan secara efektif dan efisien (Hasyim, 2019). Pada prosesnya, ada beberapa aspek penting dalam perencanaan sumber daya insani, aspek tersebut mencakup: 1.) penilaian sekarang terkait analisis, deskripsi dan spesifikasi pekerjaan; 2.) memenuhi kebutuhan sumber daya insani di masa depan; 3.) perekrutan dan pengurangan sumber daya insani; 4.) keabsahan dan keandalan sumber daya insani dan; 5.) jenis seleksi atau proses perekrutan sumber daya insani. Kelima aspek ini penting untuk diperhatikan dalam perencanaan sumber daya insani.
Lebih lanjut, terkait perencanaan sumber daya insani, digunakan beberapa modal dalam peneapannya. Model-model ini antara lain model krelikal, model hukum, model finansial, model manajerial, model humanistik dan model ilmu perilaku (Hardana, 2015). Model klerikal berkaitan dengan memperoleh dan memelihara laporan, data, catatan dan melaksanakan tugas-tugas rutin. Model hukum berkaitan dengan aspek hukum sumber daya insani. Sama halnya dengan namanya, model finansial menekankan kompentasi yang pantas bagi sumber daya insani, sedangkan model manajerial menekankan pada aspek manajer yang mengatur SDI. Adapun model humanistik menekankan pada memperlakukan SDI dengan baik. Terakhir model ilmu perilaku atau psikologi menekankan pengembangan SDI dengan pendekatan ilmu psikologi.
Propethic Human Resources Manajement
Pengembangan propethic human resources manajement atau manajemen sumber daya manusia bersifat kenabian berakar dari sifat-sifat nabi Muhammad saw sebagai panutan utama dalam berperilaku bagi umat muslim. Selain dari ibadah, perilaku Rasulullah saw yang menjadi amat penting adalah dalam kegiatan sosialnya. Maka dari itu, untuk membangun SDI yang baik, maka perlu mengikuti sifat-sifat ekonomi atau karakter entrepreneur yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Sumber daya insani hendaknya memiliki akhlak dan moral Islami seperti karakter Nabi Muhammad. Beliau memiliki karakter amanah, fathanah, tabligh dan shidiq. Amanah adalah sikap bisa dipercaya dalam mengemban tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Fathanah adalah sikap profesional dalam melakukan berbagai pekerjaan (Maghfiroh, 2021). Tabligh adalah sikap transparan dan bertanggung jawab terhadap setiap hal yang merupakan amanah yang diberikan kepadanya. Shidiq atau jujur yang berarti setiap SDI harus terpercaya sehingga bisa diandalkan dalam melakukan pekerjaannya. (baca juga kerangka kesetaraan pekerja di sini)
Keteladanan Rasulullah dalam membangun sumber daya insani selaras dengan prinsip-prinsip the Celestial Management, yakni pendekatan spiritualitas manajemen yang bertumpu pada aturan syariat dan nilai ilahiyah yang dipraktekan dalam mengelola alam semesta. Dasar konsep the Celestial Management adalah 3W, yaitu worship, wealth dan warfare. Pertama, life is a place of whorship yaitu beliau berhasil menjadikan bisnis dan kehidupan sebagai sarana pengabdian terhadap Yang Maha Kuasa. Kedua, life is a place of wealth yaitu beliau memposisikan bisnis dan hidup sebagai bagian dari upaya mendapatkan dan mendistribusikan kemakmuran. Ketiga, life is a place of warfare yaitu beliau menganggap hidup dan bisnisnya sebagai upaya pertempuran melawan ketidakadilan, kedzaliman dan eksploitasi dalam bisnis tanpa mengindahkan nilai-nilai ilahiya dan kemanusiaan itu sendiri.
Dinamika dan Nilai Sumber Daya Insani
Sumber daya insani sangat dinamis dikarenakan harus menjawab persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah kemanusian di bidang eknomi. Oleh karena itu, nilai-nilai dasar sumber daya insani harus terus dijaga agar tidak terjadi masalah. Sumber daya insani harus selalu berdasar nilai-nilai kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium), kebebasan (free will), tanggung jawab (responsibility) dan kemanfaatan (benevolence). Selain kelima nilai dasar tersebut, sumber daya insani dapat di petakan nilai-nilainnya sesuai dengan tabel di bawah:
Tabel 1. Nilai, Prinsip dan Makna Sumber Daya Insani
No. |
Nilai Dasar |
Prinsip Umum |
Pemaknaan |
1. |
Tauhid |
Integrasi Kesamaan |
Integrasi antar semua bidang kehidupan. Kasatuan antara bisnis dan mencari ridha Allah Dualisme kepemilikan. Tidak ada diskriminasi |
2. |
Khilafah |
Intelektualitas Free Will Akuntabilitas |
Kemampuan kreatifitas & konseptual. Kemampuan bertindak pelaku bisnis tanpa paksaan. Kesediaan pelaku bisnis untuk bertanggung jawab & mempertanggung jawabkan. |
3. |
Ibadah |
Penyerahan Total |
Membebaskan diri dari segala ikatan penghambaan manusia kepada ciptaannya sendiri (kekayaan & kekuasaan). Menjadikan penghambaan pada Allah, sebagai komitmen moral yang memberikan arah, tujuan & pemaknaan terhadap aktualisasi kegiatan bisnis. |
4. |
Tazkiyah |
Kejujuran Keadilan Keterbukaan |
Tidak mengambil keuntungan dengan cara berbuat curang, menipu, menimbun, memanipulasi barang dari segi kualitas & kuantitas. Menciptakan keseimbangan dalam transaksi (dengan mengurangi timbangan, dll). Menerima pendapat yang lebih baik dan benar |
5. |
Ihsan |
Kebaikan Kebersamaan |
Kesediaan memberikan kebaikan kepada orang lain. Membagi & memikul beban sesuai dengan kemampuan masing-masing |
Nilai-nilai sumber daya insani dibagi menjadi lima pokok dasar yaitu tauhid, khilafah, ibadah, tazkiyah dan ihsan. Tauhid artinya kepercayaan yang bersungguh-sungguh tentang kebenarah Tuhan (Qomari, 2022), khilafah yaitu konsep negara makmur atau ideal dalam Islam, ibadah yaitu perilaku ritual ataupun non-ritual yang dianggap bernilai kebaikan, tazkiyah artinya proses penyucian diri dari sifat-sifat buruk yang dapat merusak diri maupun lingkungan, adapun ihsan merupakan perwujudan manusai yang penuh kebaikan. Kelima nilai ini memiliki prinsip yang berbeda namun tetap harus dalam suatu kesatuan demi terciptanya sumber daya insani yang profesional.
Adapun terkait strategi pengembangan sumber daya insani yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW meliputi : 1) Merencanakan dan menarik sumber daya insani yang berkualitas, 2) Mengembangkan sumber daya insani agar berkualitas, 3) Menilai kinerja sumber daya insani, 4) Memberikan motivasi, dan 5) Memelihara sumber daya yang berkualitas.5 Sejalan dengan langkah yang diambil Nabi Muhammad tersebut, Mujamil Qomar mengungkapkan bahwa manajemen sumber daya insani mencakup tujuh komponen, yaitu : 1) Perencanaan pegawai, (2) Pengadaan pegawai, 3) Pembinaan dan pengembangan pegawai, 4) Promosi dan mutasi, 5) Pemberhentian pegawai, 6) Kompensasi, dan (7) Penilaian pegawai (Hasyim, 2019). Semua komponen ini mesti berjalan dengan baik demi terbentuknya sumber daya insani yang baik dan profesional.
Posting Komentar untuk "Pengelolaan sumber daya insani yang profesional melalui peningkatan tauhid"